Kamis, 30 Mei 2013

The Sound of Silent

Pameran Tunggal, The Sound of Silent
Pameran lukisan dari kawan iok dan Didik Mojo
Tanggal 1-9 Juni 2013 di Gedung Dewan Kesenian Malang, Jalan Majapahit No. 50 Kota Malang.
Akan dibuka pada 1 Juni 2013, pukul 19.30 WIB
Spesial Perform by Suara Accoustic



Jumat, 24 Mei 2013

Wayang dalam Dunia Topeng (Bagian 7)






 oleh Onghokham

Penurunan topeng di Polowidjen tidak mewakili situasi nyata dari wayang topeng di Malang. Untungnya untuk budaya ini, Kangsen, Mbok Dan, dan Kastawi bukan hanya perwakilan pelaku topeng tersebut. Menyebar di daerah masih ada pemahat lainnya, dan di sisi Malang-Kepanjen juga dikenal pemahat dan orang-orang yang benar-benar terlibat dalam bisnis topeng wayang.

Di selatan Malang menuju pantai Ngliyep, di Desa Senggreng, seorang ayah dan anak yang serba ahli dalam seni local. Mereka memiliki rombongan topeng wayang, tari, mengukir topeng serta wayang kulit dan bertindak sebagai dalang.

Begitu juga Kepanjen, disini sebagai pusat aktif topeng wayang. Ada beberapa rombongan topeng di daerah tersebut, salah satunya di Sumberpucung sebuah desa yang terletak antara Malang ke Blitar.

Jumlah yang relative besar bisa membuat semacam kompertisi di daerah tersebut, membuat perlu bahwa seniman local menjadi ahli dalam banyak bentuk seni yang berbeda untuk mempertahankan dirinya.

Sabtu, 18 Mei 2013

Wayang dalam Dunia Topeng Malang (bag 6)



Oleh Onghokham
Kastawi dari Polowidjen
Hari ini di desa Polowidjen seorang pria bernama Kastawi adalah salah-satunya yang terlibat dalam bisnis wayang topeng. Ia adalah keturunan Mbah Reni, dan oleh karenanya ia mewarisi topeng ayahnya sebagai penerus untuk menjaga tradisi.
Ia terkenal sebagai pemahat topeng, meskipun dari kurangnya pelindung maskernya kurang mewah dari Mbah Reni. Sepuluh tahun yang lalu ia bermain dengan rombongan wayang. Namun sayang, pada saat itu orang-orang desa sudah lebih banyak berintergrasi dengan orang kota.
Orang-orang desa datang ke kota lebih diperkerjakan sebagai buruh, sopir truk, tukang kayu, dan pembuat mebel. Orang-orang kehilangan minat terhadap topeng wayang tersebut dan lebih memilih ludruk dan wayang orang.
Pada saat itu, topeng wayang sudah terlihat sepi. Akhirnya ia pergi dan memutuskan untuk memimpin sebuah kelompok wayang orang. Alasannya adalah bahwa ia tidak mampu bersaing dengan kelompok kerabatnya dari Djabung yang terkenal dengan gamelan perunggunya.Miliknya hanya gamelan besi kualitas biasa.

Rabu, 15 Mei 2013

Wayang dalam Dunia Topeng Malang (bag 5)


Oleh Onghokham
Polowidjen untuk masa lalu…
Djabung sekarang menjadi pusat topeng dari dareah Tumpang Malang-Blimbing. Polowidjen sekarang sedikit mirip perkotaan meskipun masih agak pedesaan. Ada beberapa rumah besar yang tumbuh dan dibangun wilayah ini.
Pada tahun 1930, Mbah Reni tinggal di desa ini. Dia merupakan pemahat terbesar Topeng gaya Malang dan memimpin salah satu rombongan terbaik topeng wayang saat itu. Polowidjen saat ini menjadi terkenal karena aktivitas Mbah Reni pada saat itu. Apalagi di jaman itu topeng wayang mencapai salah satu poin yang tinggi.
Perkembangan itu juga dibantu oleh Bupati Malang yaitu RAA Soeria-Adiningrat yang memasok dan membantu Mbah Reni dalam hal artistik seperti emas daun, cat yang baik, dan kayu. Saat ini masker Mbah Reni berada pada koleksi pangeran dan museum. Kolektor topeng menjaga mereka sebagai pusaka.
Topeng milik Mbah Reni memiliki proporsi yang sangat sempurna, ukiran halus, dan warna cat yang terampil. Tidak ada orang sezamannya atau pendahulu mencapai standar tinggi dalam hal artistik seperti itu. Di Malang, topeng milik Mbah Reni dianggap klasik.
Di desa Polowidjen hanya ada satu topeng milik Mbah Reni yang tersisa yaitu milik putrinya yang bernama Mbok Dan, seorang Janda yang saat itu masih berusia sekitar 50 tahunan, yang tinggal di sebuah rumah sederhana dan kecil dengan ukiran yang sangat khas.
Topeng merupakan sosok Ragilkuning (seorang putrid dalam siklus Pandji). Ini memiliki proporsi sempurna, ukiran pada setiap sudut mata dan mulut sangat kuat dan halus.

Minggu, 12 Mei 2013

Wayang dalam Dunia Topeng Malang (bag 4)




Oleh Onghokham
Rombongan topeng wayang yang lazim terdiri dari penari laki-laki. Tidak ada wanita, peran perempuan diambil oleh penari laki-laki. Selain penari individu tidak memiliki peran tetap. Rombongan ini terdiri dari lima penari dewasa dan sembilan penari anak-anak, berumur empat tahun hingga remaja.
Rombongan penari wayang selalu memiliki anak yang berasal dari desa yang sama dengan orang dewasa. Mereka termasuk dalam rangka untuk lulus pada tradisi teater untuk generasi muda. Seluruh rombongan termasuk musisi, pembantu, dan gantungan berjumlah sekitar 25 orang. Pemimpin rombongan topeng adalah roh dan tiang kelompok. Dia adalah pemimpin produksi, dalang, satu set topeng, gamelan, dan pemilik kostum.
Di Jabung ada seorang pria bernama Kangsen. Dia tinggal di salah satu rumah batu terbesar dan pemilik tanah juga. Dia memiliki tjikal-bakal (pendiri keluarga) dari djabung dan memiliki reputasi. Dia berpikir untuk memiliki beberapa suci kekuasaan atau dalam hal apapun untuk menjadi dukun yang bisa dipanggil untuk melakukan ritual di upacara ruwatan.
Kangsen sangat sadar hal-hal ini, dia suka untuk menegaskan posisinya di daerah tersebut. Dia menyatakan bangga bahwa setiap saat ia menjadi lurah, ia bisa melakukannya. Namun, ia tidak merasa seperti menghabiskan banyak uang untuk kampanye pemilu.
Kangsen selalu menganakan pakaian hitam: celana hitam lebar, sabuk kulit yang luas di sekitar pinggang, jaket hitam longgar atas putih. Ia memiliki tubuh langsing seakan memberikan kesan kekuatan batin, dan tidak pernah tersenyum. Ia berhasil memimpin kelompoknya secara efisien dan mengawasi setiap masalah teknis atau artistik tanpa rewel meskipun Topeng Malang anggotanya cenderung menjadi primadona dan melihat diri mereka lebih sebagai mitra dalam topeng wayang daripada sebagai orang di bawah kepemimpinan Kangsen itu.
Itu bukan kebetulan bahwa Kangsen terlibat dalam bisnis topeng. Seperti biasa terjadi di dunia seni Jawa, ia mewarisi posisinya. Ayah Kangsen berasal dari desa Polowijen dan saudara Mbah Reni, pemimpin topeng paling terkenal dan mengharumkan nama desa Polowidjen.
Pelindung Mbah Reni adalah R.A.A. Soeria-Adiningrat, Bupati Malang yang disebutkan sebelumnya. Mbah Reni punya saudara lain bernama Nita, yang juga pemahat wayang kulit. Seperti Mbah Reni atau Nita meninggalkan Putra. Kedua kerabat tersebut sama-sama menekuni hal yang sama. Terlepas dari itu, beberapa keluarga bisa juga tidak akur karena urusan pribadi, Kangsen melakukan bisnis karena merupakan urusan keluarga dan atas kerjasama keluarga.

Selasa, 07 Mei 2013

Wayang dalam Dunia Topeng Malang (bag 3)



Oleh Onghokham
Ada perbedaan yang perlu diketahui antara penari khas Malang dengan beberapa penari khas Jawa Tengah. Antara lain untuk khas Jawa Tengah masker dipegang oleh string sekitar kepala dan bukan oleh sepotong kulit di mulut. Sedangkan Topeng Malang terbuat dari kayu yang berat tebal da kuno dengan dagu persegi, tulang pipi tinggi, fitur penuh ukiran dan kumis yang terlihat gagah.
Topeng Jawa Tengah selalu dicat atau diganti dengan rambut asli atau palsu. Topeng Malang selalu memiliki mulut tertutup sedangkan masker dari Jawa Tengah memiliki mulut terbuka.
Bagian lain dari kostum penari topeng adalah kulit djamang di kepala penari, kulit Sumping (hiasan telinga), jaket beludru pendek bordir dengan emas dan perak atas T-Shirt putih atau beludru hitam bersulam payudara piring. 

Jumat, 03 Mei 2013

Pagelaran Ludruk

Saksikan pagelaran ludruk teater siswa-siswi SMA Negeri Pagak. Sabtu tanggal 4 Mei 2013, pukul 19.00, di Dewan Kesenian Malang. Pementasan dengan lakon cerita Malin Gundang 2013.

Pagelaran Teater

SMA Turen akan mengadakan pagelaran teater di Dewan Kesenian Malang (DKM) tanggal 4 Mei 2013

Wayang dalam Dunia Topeng Malang (bag 2)



oleh Onghokham
Kinerja
Pada tahun 1963 saya melihat pertunjukan wayang topeng di desa Djabung, sekitar dua puluh kilometer timur laut dari Kota Malang. Pada saat itu orang mencapai Djabung yaitu dengan pergi ke barat daya menuju Tumpang. Biasanya memkai transportasi dokar dan kerbau yang ditarik cikar yang menuju ke desa. Djabung agak terisolasi meskipun terletak di daerah subur dan makmur, bukan ditunjukkan oleh langgar dan rumah-rumah yang besar di daerah tersebut. Kinerja diadakan pada kesempatan perayaan Hari Kemerdekaan Desa pada tanggal 17 Agustus. Ini dimulai pada 20.00 dan selesai 03.00.
Kinerja diadakan di rumah besar pemimpin Topeng wayang dengan struktur sementara bambu depan berdampingan dengan rumah untuk mensimulasikan sebuah pendopo. Di pendopo tersebut menggantung tirai dicat dengan istana-istana, pegunungan, dan tjandis-tjandis ketenaran lokal. Gamelan (Jawa orkestra), satu set pelog, berada di depan panggung, sementara penonton dikelilingi pada tiga sisi.