Oleh
Onghokham
Wayang
topeng adalah drama tari kinerja berdasarkan cerita-cerita dari
siklus Pandji dengan aktor mengenakan masker atau topeng sementara
dalang menceritakan kisah itu. Bentuk seni ini dikenal di seluruh
Jawa. Beberapa daerah, bagaimanapun, dikenal karena gaya mereka
sendiri topeng, kostum, dan gaya menari. Pada artikel ini, Malang
(Jawa Timur) wayang topeng tradisi akan dijelaskan.
Malang
telah lama menjadi pusat Topeng budaya. “Kepandjen” adalah nama
tempat di daerah Malang yang diambil dari wayang, Pandji. Pada tahun
1930-an tradisi ini menerima pemberitahuan dari Dr. Th. Pigeaud dalam
volume standar pada Jawa Volksvertoningen (pertunjukan populer Jawa).
Salah
satu informan Pigeaud kemudian menjadi Bupati Malang, Raden Adipati
Soerio-Adiningrat, pelindung besar dari seni dan terutama Topeng
Malang. Koleksi sendiri terkenal bupati yakni Topeng Malang masih
ditampilkan hari ini di Museum Sono Budojo Yogyakarta. Beberapa
topeng lain dari koleksi menemukan cara mereka ke lain “koleksi
nasional”, bahwa dari Pangeran Magkunegara VII akhir Surakarta
mungkin karena Raden Ayu adalah cucu dari Mangkunegara II. Di
Kabupaten Malang sendiri Dr.Th. Pigeaud mencatat di tahun 1930-an
keberadaan sebanyak dua puluh satu set masker setiap topeng
mengandung 40-60. Berapa banyak set sekarang tidak diketahui meskipun
setiap setiap set masih konvensional mengandung 40-60 masker. Dr.
Pigeaud dan bupati berakhir pada observasi dengan pandangan
pesimistis tentang masa depan tradisi topeng wayang topeng Malang.
Hari
ini, satu memiliki alasan masih lebih bersikap pesimistis.
Peningkatan perjalanan antara bagian yang berbeda dari Jawa dan
pengaruh penyiaran radio dari pusat-pusat perkotaan telah menyebabkan
kecenderungan sentralisasi dalam budaya Jawa pada biaya tradisi seni
setempat. Kesenian jawa telah menjadi lebih dan lebih terkonsentrasi
di perkotaan, sedangkan ludruk dari Surabaya, ketoprak dari
Yogyakarta, wayang orang dan wayang kulit dari Surakarta telah
menjadi focus perhatian.
Di
Kota Malang sendiri hampir ttidak menyadari keberadaan tradisi wayang
Topeng Malang local. Ini telah dibayangi oleh bentuk-bentuk seni
lainnya. Hari ini jika sebuah pertunjukan udara terbuka teater
diselenggarakan di Malang. Sebuah versi dari Ramayana Prambanan
kemungkinan untuk diproduksi, meskipun wayang Topeng Malang akan
meminjamkan sendiri saat ini sangat baik. Terakhir kali wayang topeng
dari daerah ditunjukan di Malang pada tahun 1956 atau 1957 ketika ada
seorang bupati, R. Djapan, dengan minat pada seni lokal Malang.
Sekarang salah satu harus pergi ke daerah pedesaan kabupaten untuk
menemukan apa yang tersisa dari tradisi wayang Topeng Malang.
Di
pedesaan Malang sebuah topeng wayang diadakan pada kesempatan
perkawinan, khitanan, perayaan Bersih Desa (desa festival pembersihan
tahunan setelah panen), atau pada hari libur nasional. Saya memiliki
kesempatan untuk melihat beberapa dari desa performances. Saya
akan mencoba untuk menemukan geografis pusat dari topeng wayang, dan
untuk menggambarkan organisasi dan kepribadian kelompok, pemahat
topeng, dan pelindung dari wayang topeng, serta pengaruh seniman
topeng di masa lalu dan hari ini pada wayang custom.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar