Minggu, 28 April 2013

Wayang dalam Dunia Topeng Malang (bag 1)

Oleh Onghokham
Wayang topeng adalah drama tari kinerja berdasarkan cerita-cerita dari siklus Pandji dengan aktor mengenakan masker atau topeng sementara dalang menceritakan kisah itu. Bentuk seni ini dikenal di seluruh Jawa. Beberapa daerah, bagaimanapun, dikenal karena gaya mereka sendiri topeng, kostum, dan gaya menari. Pada artikel ini, Malang (Jawa Timur) wayang topeng tradisi akan dijelaskan.
Malang telah lama menjadi pusat Topeng budaya. “Kepandjen” adalah nama tempat di daerah Malang yang diambil dari wayang, Pandji. Pada tahun 1930-an tradisi ini menerima pemberitahuan dari Dr. Th. Pigeaud dalam volume standar pada Jawa Volksvertoningen (pertunjukan populer Jawa).
Salah satu informan Pigeaud kemudian menjadi Bupati Malang, Raden Adipati Soerio-Adiningrat, pelindung besar dari seni dan terutama Topeng Malang. Koleksi sendiri terkenal bupati yakni Topeng Malang masih ditampilkan hari ini di Museum Sono Budojo Yogyakarta. Beberapa topeng lain dari koleksi menemukan cara mereka ke lain “koleksi nasional”, bahwa dari Pangeran Magkunegara VII akhir Surakarta mungkin karena Raden Ayu adalah cucu dari Mangkunegara II. Di Kabupaten Malang sendiri Dr.Th. Pigeaud mencatat di tahun 1930-an keberadaan sebanyak dua puluh satu set masker setiap topeng mengandung 40-60. Berapa banyak set sekarang tidak diketahui meskipun setiap setiap set masih konvensional mengandung 40-60 masker. Dr. Pigeaud dan bupati berakhir pada observasi dengan pandangan pesimistis tentang masa depan tradisi topeng wayang topeng Malang.
Hari ini, satu memiliki alasan masih lebih bersikap pesimistis. Peningkatan perjalanan antara bagian yang berbeda dari Jawa dan pengaruh penyiaran radio dari pusat-pusat perkotaan telah menyebabkan kecenderungan sentralisasi dalam budaya Jawa pada biaya tradisi seni setempat. Kesenian jawa telah menjadi lebih dan lebih terkonsentrasi di perkotaan, sedangkan ludruk dari Surabaya, ketoprak dari Yogyakarta, wayang orang dan wayang kulit dari Surakarta telah menjadi focus perhatian.

 
Di Kota Malang sendiri hampir ttidak menyadari keberadaan tradisi wayang Topeng Malang local. Ini telah dibayangi oleh bentuk-bentuk seni lainnya. Hari ini jika sebuah pertunjukan udara terbuka teater diselenggarakan di Malang. Sebuah versi dari Ramayana Prambanan kemungkinan untuk diproduksi, meskipun wayang Topeng Malang akan meminjamkan sendiri saat ini sangat baik. Terakhir kali wayang topeng dari daerah ditunjukan di Malang pada tahun 1956 atau 1957 ketika ada seorang bupati, R. Djapan, dengan minat pada seni lokal Malang. Sekarang salah satu harus pergi ke daerah pedesaan kabupaten untuk menemukan apa yang tersisa dari tradisi wayang Topeng Malang.
Di pedesaan Malang sebuah topeng wayang diadakan pada kesempatan perkawinan, khitanan, perayaan Bersih Desa (desa festival pembersihan tahunan setelah panen), atau pada hari libur nasional. Saya memiliki kesempatan untuk melihat beberapa dari desa performances. Saya akan mencoba untuk menemukan geografis pusat dari topeng wayang, dan untuk menggambarkan organisasi dan kepribadian kelompok, pemahat topeng, dan pelindung dari wayang topeng, serta pengaruh seniman topeng di masa lalu dan hari ini pada wayang custom.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar