oleh Onghokham
Kinerja
Pada
tahun 1963 saya melihat pertunjukan wayang topeng di desa Djabung,
sekitar dua puluh kilometer timur laut dari Kota Malang. Pada saat
itu orang mencapai Djabung yaitu dengan pergi ke barat daya
menuju Tumpang. Biasanya memkai transportasi dokar dan kerbau yang
ditarik cikar yang menuju ke desa. Djabung agak terisolasi meskipun
terletak di daerah subur dan makmur, bukan ditunjukkan oleh langgar
dan rumah-rumah yang besar di daerah tersebut. Kinerja diadakan pada
kesempatan perayaan Hari Kemerdekaan Desa pada tanggal 17 Agustus.
Ini dimulai pada 20.00 dan selesai 03.00.
Kinerja
diadakan di rumah besar pemimpin Topeng
wayang dengan struktur sementara bambu depan berdampingan dengan
rumah untuk mensimulasikan sebuah pendopo. Di pendopo tersebut
menggantung tirai dicat dengan istana-istana, pegunungan, dan
tjandis-tjandis ketenaran lokal. Gamelan (Jawa orkestra), satu set
pelog, berada di depan panggung, sementara penonton dikelilingi pada
tiga sisi.
Dalang
duduk di depan gamelan sebagai sebuah purwa wayang atau wayang kulit
kinerja, tapi tanpa layar, dengan batang pohon pisang di depannya dan
Kayon atau gunungan ditanam di bagasi. Di atas dalang menggantung
blentjong,
sekarang biasanya lampu petromax.
Pada
kinerja keseluruhan memberi kesan wayang kulit melakukan Ance dengan
aktor-aktor yang hidup di panggung dimanipulasi oleh dalang yang
menceritakan kisahnya. Dalang tersebut meniru suara-suara yang
berbeda sesuai dengan karakter, kecuali di mana punakawan (tokoh
pelawak atau sahabat) yang bersagkutan. Punakawan tersebut berbicara
dengan dialog mereka sendiri, yang dimungkinkan dengan memakai topeng
setengah yang meninggalkan mulut mereka terbuka.
Sebelumnya kinerja diperkenalkan oleh tarian Bapang, tarian kelana
yang memiliki gerakan kuat dan mengenakan topeng merah dengan hidung
panjang yang luar biasa. Tarian ini telah muncul dari pagelaran
wayang Topeng Malang dan belum pernah terlihat sejak sebelum perang,
meskipun masih ada beberapa penari yang dapat melakukannya. Para
ngremo, solo tari dengan lagu oleh sejumlah penari laki-laki dewasa
telah menggantikan tarian Bapang sebagai pengantar kinerja. Ini
penari ngremo menyanyikan wiludjeng lagu (wiludjeng para
tetamu/menyambut tamu terhormat).
Para penari keluar satu per satu dengan kostum yang lengkap, seketika
itu dalangpun mengenalkan peran mereka. Setelah jeda beberapa menit,
kinerja topeng wayang dimulai dengan dalang mengambil Kayon yang dari
batang pohon pisang dan berbicara kalimat tradisional yang mulai
“swuh rep Data Pitana...” (tenang, tenang...). Para aktor
dimasukkan untuk djejer pertama (adegan besar, biasanya di ruang
utama istana).[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar