Tari beskalan adalah tari putri yang tumbuh dan berkembang di daerah malang. Tari beskalan merupakan kesenian tradisional yang paling tua, bisa dikatakan tari yang muncul pertama kali. Pada tahun 1920-an lahir seorang penari legendaries Beskalan yaitu, Sukanti yang lebih dikenal dengan Miskayah, penduduk desa Ngadirekso, kecamatan Poncokusumo, kabupaten Malang. Suatu ketika, Sukanti tidak dapat menjalankan pekerjaannya sebagai penari karena sakit yang tidak diketahui penyebabnya. Ketika ia bermimpi disaat sakitnya, ia bertemu dengan seorang putrid dari kerajaan Mataram yang bernama Proboretno yang mencari kekasihnya bernama Baswara dari Cirebon. Dalam mimpinya, Proboretno berpesan : “Sukanti, marilah ikut aku, kamu akan sembuh dari sakitmu dan akan aku ajarkan menari. Tetapi kamu harus membantuku mencari pemuda yang bernama Baswara”. Seketika itu Sukanti terbangun, sembuh dari penyakitnya dan langsung menari serta minta diiringi kendangan. Karena kejadian ini, sebagaimana kebiasaan orang desa untuk memenuhi nazarnya nama Sukanti diganti dengan Miskayah.
Sebelum meninggal dunia, Miskayah pernah menceritakan bahwa tarian yang dilakukan pada waktu itu sebenarnya adalah tari Beskalan, yaitu tarian yang menjadi awal atau sumber perkembangan tari Tayub dan juga tari Remo Putri di Malang. Dahulu tari beskalan digunakan untuk mengawali sebuah acara ritual untuk menghormati roh leluhur maupun Dewi Sri sebagai dewi Kesuburan, maka seiring perjalanan waktu dan perkembangan jaman, tari Beskalan digunakan sebagai tarian pembuka pada acara pernikahan atau penyambutan tamu-tamu.
B.BESKALAN TARIAN GAYA PUTRI
Beskalan adalah sebuah tarian gaya putrid yang terdiri dari rangkaian ragam-ragam yang disebut “Solah”, disusun dengan penghubung-penghubung gerak tertentu yang disebut “Sendi”, gerakan tariannya bersifat non representative, dipentaskan dengan diiringi gending laras Slendro dan tetembangan lagu daerah setempat di mana tarian tersebut dipentaskan.
Tari Beskalan yang merupakan landasan dasar dari tarian putrid untuk gaya Malangan, seperti : Dewi Sekartadji, Ragil Kuning dan sejenisnya, terbilang sangat unik karena tidak memiliki patern yang pasti antar masing-masing daerah. Berbeda daerah, berbeda pula (beberapa) gerakan, riasan maupun kostumnya.
Tari Beskalan sempat mendapat pujian di jaman colonial Belanda, menurutnya tarian tersebut memiliki nilai-nilai peradaban yang sangat tinggi. Jika bangsa lain bias menghargai budaya kita sedemikian rupa, tentunya bangsa sendiri tidak merasa keberatan, jika sejenak hanya untuk menengok sebelum belajar untuk menghargai budaya bangsa sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar