OLEH RUDOLF PUSPA
TEATER KELILING - JAKARTA
A. TUBUH
- Relaksasi
Realaksasi
adalah hal pertama yang haru dilakukan dengan cara menerima keberadaan dirinya.
Relaksasi bukan berarti berada dalam keadaan pasif (santai) tetapi keadaan
dimana semua kekangan yang ada di tubuh terlepas.
Salah satu
masalah yang sering dihadapi oleh aktor adalah kebutuhan untuk relaksasi. Baik
itu di dalam kelas, dalam latihan, di atas panggung, maupun paska produksi.
Relaksasi adalah hal yang sangat penting bagi semua performer. Relaksasi
bukanlah keadaan mental dan
fisik yang tidak aktif, melainkan keadaan yang cukup aktif dan positif. Ini
memungkinkan seorang aktor untuk mengekspresikan dirinya saat masih didalam
kontrol faktor-faktor lain yang bekerja melawan cara pemeranan karakter yang
baik. Jadi, relaksasi adalah hal yang penting dalam upaya mencapai tujuan utama
dari seorang performer.
Segala
sesuatu yang mengalihkan perhatian ataupun yang mencampuri konsentrasi seorang
aktor atas sebuah karakter, cenderung dapat merusak relaksasi. Aktor pemula
biasanya tidak dapat dengan mudah merespon sebuah perintah untuk rileks, hal ini
disebabkan berkaitan dengan aspek-aspek fisik kepekaan dan emosi akting ketika
berada dihadapan penonton. Dengan kata lain, dalam keadaan rileks, aktor akan
menunggu dengan tenang dan sadar dalam mengambil tempat dan melakukan akting.
Untuk mencapai relaksasi atau mencapai kondisi kontrol mental maupun fisik
diatas panggung, harus memiliki daya
konsentrasi yang prima.
Ada korelasi yang sangat dekat antara pikiran, perasaan dan tubuh. Seorang aktor harus dapat mengontrol tubuhnya
setiap saat sehingga selalu
menyadari setiap gerakan tubuh dan alasan bagi perilakunya. Langkah awal
untuk menjadi seorang aktor yang cakap adalah sadar dan mampu menggunakan
tubuhnya dengan efisien.
2.
Ekspresi
Kemampuan
Ekspresi merupakan pelajaran pertama untuk seorang aktor, dimana ia berusaha
untuk mengenal dirinya sendiri. Si aktor akan berusaha mengexplore ke dalam dirinya dan mengexpresikan perasaan-perasaan yang
dimilikinya, agar mencapai kepekaan dalam merespon segala
sesuatu. Kemampuan Ekspresi menuntut teknik-teknik penguasaan tubuh seperti
relaksasi, konsentrasi, kepekaan, kreativitas dan keseimbangan pikiran-perasaan-tubuh.
Kita
menggunakan cara-cara non linguistik ini untuk mengekspresikan ide-ide sebagai
pendukung berbicara. Gerak, bunyi,
nada, gesture, adalah cara-cara berkomunikasi yang lebih universal dari pada
bahasa yang kita mengerti. Bahkan cukup universal untuk disampaikan kepada
binatang sekalipun.
3.
Gesture
Gesture
adalah impuls (rangsangan), perasaan atau reaksi yang menimbulkan energi dari
dalam diri yang selanjutnya mengalir keluar, mencapai dunia luar dalam bentuk
yang bermacam-macam; ketetapan tubuh, gerak, postur dan infleksi (perubahan
nada suara, bisa mungkin keluar dalam bentuk kata-kata atau bunyi).
4.
Gestikulasi
Bahasa
tubuh adalah media komunikasi antar manusia yang menggunakan isyarat tubuh,
postur, posisi dan perangkat inderanya. Dalam media ini, kita akan memahami
bahasa universal tubuh manusia dalam aksi maupun reaksi di kehidupan
sehari-hari.
5.
Olah Mimik
Dalam setiap pertunjukan, wajah merupakan hal
penting yang menjadi ukuran dalam berperan.
Perangkat wajah dan sekitarnya, menjadi titik sentral yang akan dilatih. Dalam olah mimik ini, kita akan memaksimalkan delikan mata, kerutan dahi, gerakan mulut, pipi, rahang, leher, kepala, secara berkesinambungan.
Perangkat wajah dan sekitarnya, menjadi titik sentral yang akan dilatih. Dalam olah mimik ini, kita akan memaksimalkan delikan mata, kerutan dahi, gerakan mulut, pipi, rahang, leher, kepala, secara berkesinambungan.
Mimik
merupakan sebuah ekspresi, dan mata merupakan pusat ekspresi. Perasaan marah,
cinta, dan lain-lain akan terpancar lewat mata. Ekspresi sangatlah menentukan
permainan seorang aktor. Meskipun bermacam gerakan sudah bagus, suara telah
jadi jaminan, dan diksi pun kena, akan kurang meyakinkan ketika ekspresi
matanya kosong dan berimbas pada dialog yang akan kurang meyakinkan penonton,
sehingga permainannya akan terasa hambar.
Sudah menjadi maklum apabila dari wajahlah kita
bisa melihat karakter dan watak seseorang, juga dari gerak alis, mata dan
hidung kita bisa menggambarkan apa yang sedang dipikirkan orang tersebut.
Walau wajah bisa dimanipulasi dengan rias
sehingga watak dan karakter bisa ditampilkan tetapi jiwa pemain menjadi tolak
ukurnya.
Dalam pantomim, mimik merupakan jalan
terpenting dalam pertunjukannya, walau gerak berperan tetapi hanya dengan
melihat mimik wajahnya kita bisa menebak keadaan pemain diatas panggung.
Ekspresi wajah atau mimik adalah hasil dari
satu atau lebih gerakan atau posisi otot pada wajah. Ekspresi wajah merupakan
salah satu bentuk komunikasi nonverbal, dan dapat menyampaikan keadaan emosi
dari seseorang kepada orang yang mengamatinya.
Ekspresi wajah merupakan
salah satu cara penting dalam menyampaikan pesan sosial dalam kehidupan
manusia, namun juga terjadi pada mamalia lain dan beberapa spesies hewan
lainnya.
Manusia dapat mengalami ekspresi wajah tertentu
secara sengaja, tapi umumnya ekspresi wajah dialami secara tidak sengaja akibat
perasaan atau emosi manusia tersebut. Biasanya amat sulit untuk menyembunyikan
perasaan atau emosi tertentu dari wajah, walaupun banyak orang yang merasa amat
ingin melakukannya.
Misalnya, orang yang mencoba menyembunyikan
perasaan bencinya terhadap seseorang, pada saat tertentu tanpa sengaja akan
menunjukkan perasaannya tersebut di wajahnya, walaupun ia berusaha menunjukkan
ekspresi netral.
Hubungan perasaan dan ekspresi wajah juga dapat
berjalan sebaliknya, pengamatan menunjukkan bahwa melakukan ekspresi wajah
tertentu dengan sengaja (misalnya: tersenyum), dapat mempengaruhi atau
menyebabkan perasaan terkait benar-benar terjadi.
Maka dari itu, untuk dapat menunjukkan ekspresi
wajah atau mimik dengan baik pemain sebaiknya melatih daya imajinasinya dan
pengalaman emosi batinnya. karena kedua hal tersebut yang nantinya akan
mewarnai situasi kejiwaan pemain.
Pendalaman karakter yang baik biasanya dimulai
dari "dalam", akan tetapi tidak sedikit kita juga memasukinya dari
sisi "luar". seperti dalam sendratari, gerak yang didahulukan
kemudian gerak tersebut dimaknai dan diisi dengan ruh dan emosi.
6.
Olah Tubuh
Warming-Up
atau pemanasan sebaiknya menjadi dasar dalam pelajaran acting. Melatih
kelenturan tubuh, memulai dari organ yang paling atas, hingga yang paling
bawah. Latihan ini ditempuh untuk mencapai kesiapan secara fisik, sebelum
menghadapi latihan-latihan lainnya.
Olah tubuh
bisa dilakukan dengan berbagai pendekatan seperti tari balet, namun kalau di Indonesia sangat mungkin
berangkat dari pencak silat atau tari daerahnya masing-masing, misalnya tari topeng Cirebon atau Bali. Kesenian
daerah bisa menjadi landasan untuk mengembangkan seni pemeranan modern.
Untuk mengatasi masalah tangan dna kaki
maka pemain wajib berlatih dengan selalu bertanya:”Apa yang aku lakukan dengan kedua
tanganku. Apa yang harus aku lakukan
dengan kedua kakiku.” Ini merupakan
pelatihan utama karena secara umum pemula sering kebingungan menggunakan tangan
dan kaki ketika berakting di panggung. Banyak aktor pemula selalu gagal
dalam menampilkan segi kesempurnaan Artistik, karena pada waktu puncak klimaks
selalu diserang oleh kekakuan, mengalami ketegangan urat.
Kekejangan
ini memberikan pengaruh buruk pada Emosi bagi pemeran yang sedang menghayati
perannya. Apabila hal ini
menimpa Organ suara maka se-orang yang mempunyai suara baik menjadi parau bahkan bisa kehilangan suara, jika
kekejangan itu menyerang kaki maka orang itu berjalan seakan lumpuh, jika
menimpa tangannya akan menjadi kaku
atau justru bergerak tak tentu arah apalagi makna.
Untuk
mengendurkan ketegangan urat ada bermacam cara latihan, dengan melalui latihan
gerak, senam, tari-tari. Hingga gerakkan dapat tercipta dengan gerakan
artistic, dan dapat lahir dari Inner
Akting (Gerakan Dalam).
Olah tubuh
sebaiknya dilakukan satu jam
setiap hari, dalam dua tahun terus menerus, untuk memperoleh actor yang enak
dipandang mata.
Latihan yang dapat dilakukan
adalah: Senam irama; Tari Klasik, Main anggar, berenang, jogging, berbagai jenis latihan
bernapas, latihan menempatkan suara diksi, bernyanyi, pantomime.
B. PANCA INDERA.
Manusia
yang normal dikaruniai Tuhan dengan lima panca indera secara utuh. Dalam
kehidupan sehari-hari kita selalu menggunakan panca indera kita tersebut, baik
secara bersama-sama ataupun sendiri-sendiri. Dalam teater kita juga harus
menggunakan indera kita dengan baik agar dapat memainkan suatu peran dengan
baik pula.
Supaya
alat-alat indera kita dapat bekerja semaksimal mungkin, tentu saja harus
dilatih. Hal ini sangat perlu dalam teater untuk membantu kita dalam membentuk
ekspresi. Bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan, antara lain :
1.
Mata
Duduk
bersila sambil menatap suatu titik di dinding. Konsentrasi hanya pada titik
tersebut. Usahakan menatap titik tersebut tanpa berkedip, selama mungkin.
2.
Telinga
Duduk bersila, pejamkan mata. Sementara itu
seseorang mengetuk-ngetuk sesuatu pada beberapa macam benda, dimana setiap
benda memiliki nada / suara yang berlainan. Hitunglah berapa kali ketukan pada
benda yang sudah ditentukan.
Duduklah ditepi jalan atau tempat lain yang ramai, sambil
memejamkan mata. Cobalah untuk mengenali suara apa saja yang masuk ke telinga,
misalnya suara truk, bis, sepeda motor, suara tawa seseorang , anak anak bermain, suara orang jalan dnegan sepatu, dsb.
3.
Hidung
Duduk atau berdiri disuatu tempat (tepi jalan, di mall, dll) sambil memejamkan mata,
kemudian cobalah untuk mengenali bau apa yang ada disekitar kita. Misalnya bau
keringat orang yang lewat didepan kita, bau parfum, bau makanan, asap knalpot, asap rokok, atau
tanah yang baru disiram hujan, dsb.
Ciumlah
tangan, kaki, pakaian, dan jika bisa seluruh tubuh kita, rasakan dan hayati
benar-benar bagaimana baunya.
4.
Kulit
Rabalah
tangan, kaki, kepala dan seluruh tubuh kita, juga pakaian kita. Rasakan dan
kenalilah tubuh kita itu, cari perbedaan antara setiap tubuh.
Rabalah
dinding, lantai, meja, pohon, bunga,
atau benda-benda lain. Perhatikanlah bagaimana rasanya, dingin atau panas. Juga
sifatnya halus atau kasar dan coba juga mengenali bentuknya. Lakukan latihan
ini dengan mata terpejam.
5.
Lidah
Rabalah
dengan lidah bagaimana bentuk mulut kita, bagaimana bentuk gigi, langit-langit,
bibir, dsb.
Rasakan
dengan menjilat, bagaimana rasa dari sebuah kancing baju, sapu tangan, batang
pensil, tangan yang berkeringat,air
minum , makanan dsb.
Teater Keliling
1975.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar