Tari
Topeng Malang Sebagai
Media
Pembelajaran Generasi Bangsa
Oleh : Chattam Amat Redjo
Tari
Topeng Malang adalah bagian dari seni pertunjukan Wayang Topeng Malang ( WTM ),
yang oleh kalangan Akademisi sering disebut drama Tari Topeng. Disebut drama
tari, karena penyajiannya menggunakan gerak tari. Disebut wayang topeng karena
dialognya dibawakan oleh seorang dalang.
Seni pertunjukan WTM diiringi musik gamelan Jawa
berlaras pelog. Sedang ceritanya membawakan cerita siklus Panji.
Perlu diketahui bahwa cerita Panji merupakan asli karya pujangga Indonesia yang
berkembang pada masa zaman Majapahit.
Tari
Topeng Malang telah banyak dipelajari orang baik di daerah sendiri maupun
daerah lain. Mulai individu-individu, sanggar tari dan karawitan, di sekolah
SD, SMP, SMA, sampai di Perguruan Tinggi seperti di Sekolah Tinggi Kesenian
Wilwatikta Surabaya. Di Universitas Negeri Surabaya, Tari topeng Malang menjadi
salah satu mata kuliah wajib pada jurusan tari. Di Universitas Negeri Malang
menjadi mata kuliah pokok pada program study tari dan musik Fakultas Sastra.
Namun
Demikian untuk disekolah baru jam extra serta masih bersifat ketrampilan yang
kadang hanya untuk memenuhi kebutuhan pentas. Hal penting yang memprihatinkan
pesertanya kebanyakan siswa putri,................prianya kemana..????? Dengan
berbagai alasan kesimpulannya siswa pria tidak tertarik karena sulit, tarian
yang dengan iringan gamelan itu kuno. Dan lebih parah lagi belajar tari
etnik/tradisi itu banyak yang takut menjadi banci, karena tidak energik. Ini
adalah persepsi keliru karena tidak tahu, walau keliru kita tidak bisa begitu
saja menyalahkan mereka, tanpa memberi informasi yang kongkrit/nyata. Karena
mereka tidak pernah mendapat apresiasi yang jelas. Dan anehnya mereka juga tak
ada yang berfikir kritis seperti generasi negara negara maju yang selalu
terusik untuk mencari tahu.
Untuk
ini menurut saya bukan hanya sayangnya, tetapi lebih pada kasihannya
mereka mereka amat bangga kalau meniru barang import milik bangsa lain.
Masalahnya bukan boleh atau tidak, tertutup atau terbuka didalam pergaulan
dunia. Karena arus global yang menggunakan teknologi komunikasi canggih hampir
tidak ada celah yang tidak teraliri. Pertanyaan saya sederhana : Kapan pelajar
Malang bisa memanfaatkan alat tersebut untuk menarikan tari topeng Malang
secara baik dan benar melalui seleksi uji kompetensi.? Masukan di google agar
bisa diakses kemana mana. Sebab kalau yang menari Pak Chattam sendiri itu bukan
hal yang aneh, tapi kalau itu dilakukan oleh generasi muda yang hidup berbuat
nyata pada jamannya itu baru kebanggaan bersama.
Untuk
ini dalam pelaksanaan Otoda, Pemerintah/Dinas Pendidikan seharusnya
cerdas dan tanggap janganlah anak anak kita, generasi kita secara tidak sadar
atau bahkan secara sadar dikorbankan begitu saja dengan menjadi agen agen
penjajahan buday dari bangsa lain. Inilah satu diantara yang berkaitan dengan
judul tulisan ini, jadi pemikiran dan perenungan kritis dari hasil pembelajaran
seni tari khususnya, kesenian pada umumnya hendaknya dapat menyadarkan generasi
kita untuk aktif, reaktif dan kreatif. Dimana posisi saudara pada pergaulan
dunia..??
Maka
bagi mereka siswa pria apabila belajar tari Topeng Malang takut menjadi banci
justru kebalik, karena Tari Topeng Malang kebanyakan berkarakter gagah, jangan
jangan malah takut jadi lelaki sejati?? masalahnya banyak siswa putri yang
belajar dan berusaha bisa gagah. Tentu saja menurut kodratnya tidak bisa
seratus persen, tetapi ada yang bisa gagah dan mengerti serta memahami bahwa
belajar tari tidak hanya untuk pentas tetapi terdapat pengetahuan yang lani.
Putri saja banyak yang bisa menari putra. Kenapa justru yang pria malah takut,
Ada apa.???
Kalau
alasannya kuno, tradisional, lokal, tidak kota, tidak metropolitan, bukan
modern. Pertanyaanya saudara sudah bisa bikin apa, yang mana karya saudara..??
Jangan hanya modern duplikat, foto copy, hal itu sah sah saja, tetapi yang bener
aja. Karena sesungguhnya kekayaan itu kita punya. Sebagai putra daerah, saudara
akan menawarkan apa kepada orang lain? Kapan para prlajar di Malang betul betul
kompeten menarikan tarian daerahnya sendiri seperti teman temanmu dari : Aceh,
Betawi. Bandung, Cirebon, Yogyakarta, Solo, Ponorogo, Banyuwangi, Madura
Sumenep, Bali danyang lain lain.
Kita
tidak akan lupa ketika kasus Reog Ponorogo diklaim Malysia banyak orang marah.
Andai kasus itu menimpa Tari Topeng Malang apa yang akan dilakukan.? Marah !!!.
Untuk apa marah, kenal saja tidak, yang paling baik apa yang harus
dilakukan...................??? silahkan menjawab............
Coba
renungkan, pada pelaksanaan Otoda daerah yang tidak memiliki
kesenian etnik berusaha mencari sumber sejarah lama untuk dapatnya menemukan
kearifan lokal, hampir setiap daerah menggali keunggulanya sendiri sendiri
Untuk itu daerah Malang memiliki kekayaan itu, hanya
masalahnya untuk apa? Silahkaan........
Keberadaan
Tari Topeng Malang usianya sudah mencapai ratusan tahun. Kita wajib bersyukur
hingga sekarang kita masih dapat mempelajari. Karena dukungan lembaga adat maka
sampai sekarang masih lestari.
Kelestariannya itu melalui proses penularan secara
konstusional, yaitu car belajar dengan menirukan dari generasi ke generasi
secara turun temurun. Cara seperti itu dinamakan meguru atau nyantrik
dengan dilakukan secara berulang ulang dengan waktu yang bertahun tahun, dengan
disertai perenungan yang dalam yang meresap sampai ke jiwa. Dari sini kemudian
lahirlah penari penari handal berkualitas, spesialisasi menurut kemantapan
pribadi pribadi. Proses konvensional ini sehingga dapat memperpanjang usia
kelestariannya.
Seiring kemajuan dunia pendidikan Tari Topeng Malang
pada pembicaraan kali ini dicoba difungsikan sebagai media belajar. Dari sini
akan diawali dengan sebuah pertanyaan, Tari itu apa..?? Tari adalah aktivitas
gerak yang dilakukan anggota badan manusia, berirama, berjiwa serta ada unsur
harmoni. Yang di dalamnya terdapat nilai nilai etika-estetika, mentalitas,
moralitas serta spiritualitas. Untuk mempelajari diperlukan : Disiplin,
ketekunan, kesabaran, keikhlasan, kejujuran dan keberanian. Dalam Forum seperti
ini saya sering bertanya dalam bahasa Jawa:
Seni tradisi iku opo biso gawe ndandani barang rusak...??? Nek gak
biso kenek opo....??? nek biso yok opo...???
Sekian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar