oleh Onghokham
Penurunan
topeng di Polowidjen tidak mewakili situasi nyata dari wayang topeng di Malang.
Untungnya untuk budaya ini, Kangsen, Mbok Dan, dan Kastawi bukan hanya
perwakilan pelaku topeng tersebut. Menyebar di daerah masih ada pemahat
lainnya, dan di sisi Malang-Kepanjen juga dikenal pemahat dan orang-orang yang
benar-benar terlibat dalam bisnis topeng wayang.
Di selatan
Malang menuju pantai Ngliyep, di Desa Senggreng, seorang ayah dan anak yang
serba ahli dalam seni local. Mereka memiliki rombongan topeng wayang, tari,
mengukir topeng serta wayang kulit dan bertindak sebagai dalang.
Begitu juga
Kepanjen, disini sebagai pusat aktif topeng wayang. Ada beberapa rombongan
topeng di daerah tersebut, salah satunya di Sumberpucung sebuah desa yang
terletak antara Malang ke Blitar.
Jumlah yang
relative besar bisa membuat semacam kompertisi di daerah tersebut, membuat
perlu bahwa seniman local menjadi ahli dalam banyak bentuk seni yang berbeda
untuk mempertahankan dirinya.
Banyak
pelanggan topeng wayang yang biasanya mewarisi pusaka beberapa topeng ketenaran
besar bertanggung jawab untuk sebagian besar pendukung tradisi topeng di
Malang. Mereka membangun set lengkap topeng dan tetap hidup dalam mitos mereka.
Selanjutya,
mereka umumnya membantu menjaga seni itu sendiri dengan patonase mereka dari
rombongan dan pemahat. Mereka menjalankan sesuai dengan pengetahuan mereka
tentang contoh-contoh yang ditetapkan oleh seniman di masa lalu.
Pahlawan Jawa, Panji di Masa Mudanya
Di Kabupaten
Malang tepatnya di desa Pucangsongo, 5 kilometer dari arah Tumpang dan arah
Candi Kidal. Seorang kepala desa mewarisi Sembilan topeng Mbah Reni. Sepuluh
tahun yang lalu ia adalah pemahat lokal dengan lebih dari 40 topeng. Selain itu
ia juga mendirikan 12 rombongan penari.
Topeng
buatannya digunakan untuk perayaan desa. Ia juga menyewakan topeng-topengnya ke
desa-desa lain dan orang-orang yang tertarik. Ada juga satu set pusaka terkenal
dari desa Sranggeng yang digunakan dengan cara yang sama seperti Pucangsono.
Tidak semua
set topeng di daerah Malang, bagaimanapun disebut topeng pusaka. Pada 1963
beberapa set juga dijual. Pada waktu itu satu set lengkap dengan kostum biasa
dijual sekitar Rp 40 ribu-Rp 45 ribu. Harga tersebut sangat sesuai karena untuk
mempertahankan artis dan penghidupan sehari-hari keluarganya.
Ini adalah
topeng pusaka, disebut sebagai sebuah keindahan atau legenda. Dikenakan oleh
penari terkenal cerita panji tradisional yang menjaga orang Malang agar tetap
terpesona oleh wayang topeng.
Terkadang
bisa dikatakan benar bahwa topeng bisa memiliki daya magis khusus, seperti
untuk menangkal penyakit atau membuat hujan turun. Bukan topeng sihir seperti
ada di Kabupaten Malang, terkadang disamakan seperti topeng-topeng yang ada di
gua-gua Blitar atau di desa-desa gunung atau hutan dari Kediri.
Sementara itu
di wilayah Malang sendiri, pusaka topeng dapat ditelusuri ke pemahat tekenal
yang pernah mengisi sejarah Malang. Jika pada masa selanjutnya topeng Mbok Dan
dimiliki orang lain, maka tradisi topeng tidak belum mati. Seorang penari
topeng mengatakan keteguhannya akan topeng Malangan. “Kami melakukan hal yang
sama dalam kayu, bahwa nenek moyang kita ada di batu,” katanya sambil menunjuk
ke ukiran pada reruntuhan dari candi Tumpang yang mewakili dari ritme
kehidupan.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar