Kamis, 28 Februari 2013

TARI BESKALAN (Bagian 2)



Tari Beskalan merupakan suatu tarian gaya putri yang dipertunjukan pada acara kedua sesudah tarian pembuka pada suatu pementasan. Dasar tari terdiri dari rangkaian ragam-ragam yang disebut “Solah”, disusun dengan penghubung-penghubung gerak tertentu yang disebut “Sendi”, gerakan tarinya bersifat non representatif.
Di dalam menari kadang-kadang penarinya juga menyanyikan lagu-lagu daerah setempat (lagu rakyat dengn iringan musik tradisional berlaras slendro).
Penarinya empat orang, akan tetapi seperti pada setiap seni pertunjukkan rakyat lainnya yang disiplinnya sangat longgar, maka penarinya dapat juga dua orang, atau bahkan seorang saja. Tarian demikian selalu dipertunjukan hampir pada setiap acara pertunjukkan kedua sesudah Ngremo atau tarian awal lainnya. Misalnya pada pertunjukan Saronen di Situbondo dan sekitarnya, tarian awalnya bukan Ngremo melainkan tari Branyak. Demikianlah sesudah tari Branyak itu, dipertunjukan kemudian Beskalan tersebut yang didaerah Situbondo lebih dikenal dengan istilah Srimpi atau Bedayan.
Gending yang dipakai untuk mengiringi tarian ini adalah salah satu gending ; Beskalan, Ayak-ayak, Meram-merem.
Tarian putri dalam corak demikian ternyata merata di seluruh Jawa Timur seperti misalnya di sekitar Malang, Sidoarjo, Surabaya, dan wilayah pantai di mana kebudayaan Madura sangat besar pengaruhnya seperti; Probolinggo, Pasuruan Lumajang, Situbondo dan Bondowoso. Semula tarian ini merupakan tarian berfungsi sebagai penghormatan kepada tamu-tamu, yang segera berdatangan bila telah didengar tarian awal telah ditampilkan. Cara menghormati tamu sedemikian ini di Madura disebut Remo. Dari perkataan ini, kemudian tidak jarang Beskalan disebut pula Ngremo. Dan karena penarinya putri maka disebut juga Ngremo Putri.

Selanjutnya adalah kebiasaan tari Beskalan dengan berbagai istilah yang berbeda satu daerah dengan daerah lainnya selalu dipertunjukkan mendahului pertunjukan Sandur, Saronen, Topeng, dan juga Tayuban (Tandakan).
Pada suatu tempat berbeda gaya tari dan cara berpakaian dengan tempat lain.
Di Situbondo, Kraksaan, Besuki, Penarukan, dan Bondowoso, penari-penarinya mengenakan mahkota penari topeng gaya setempat. Mahkota itu berbentuk jamang terbuat dari ukiran kulit lembu dan diberi warna brons keemasan. Berkain batik dengan lipatan di camping kanan. Dadanya tertutup dengan mekak.
Di daerah Malang, Surabaya, Mojokerto, penari-penarinya memakai konde, kadang-kadang dadanya tertutup mekak, adapula yang tertutup kain “angkin”, adapula yang sering berkebaya biasa. Kain batik adakalanya diganti dengan “rapek” dan penarinya mengenakan kaos kaki serta genta-genta kecil melilit di pergelangan kaki kanan, berfungsi sebagai pengatur irama. Sampur digerakkan di pundak, umumnya sangat suka dengan warna-warna meriah dan menyolok.
Dahulu tarian ini dilakukan oleh penari-penari laki-laki terdiri dari anak-anak muda, tetapi kini ditarikan pula oleh penari-penari wanita.
Beskalan dari Malang telah dipopulerkan kembali oleh almh A.Munardi, seorang koreografer berasal dari Yogyakarta yang bermukim di Surabaya, lewat Konservatori Karawitan Indonesia Surabaya (Sekolah Menengah Karawitan Indonesia di Surabaya).
Dahulu orang hanya mengenal bahwa tari Beskalan dipergunakan pada acara pembukaan Ludruk yang biasanya ditarikan oleh para penari putra yang berdandan seperti perempuan, karena tari Beskalan selalu ada pada acara pembukaan Ludruk sehingga sangat identik dengan Ludruk. Tari Beskalan menyerupai dengan  tari Ngremo, karena dari segi kostum maupun gerakannya hampir sama, banyak yang menyebutkan bahwa tari Beskalan adalah tari Ngremo Putri karena yang membedakan hanya pada bagian tertentu saja, diantaranya adalah tata riasnya, kalau tari Ngremo memakai Udeng dengan rias laki-laki sedangkan tari Beskalan memakai sanggul lengkap dengan rias putri yang cantik
Tetapi seiring dengan perkembangan jaman dan kecanggihan teknologi, tari Beskalan sudah mulai dikenal di mana-mana. Bahkan kepedulian dari Dinas Kependidikan dan Kebudayaan Kota Malang saat ini sangat besar, hal tersebut terlihat dengan adanya program pelatihan guru-guru tari Kota Malang, yang banyak mengambil materi tari dari daerah  setempat dan salah satunya adalah tari Beskalan.
Pada saat ini tari Beskalan dapat ditarikan oleh siapapun, baik anak-anak,orang remaja, ataupun orang dewasa, bahkan tari Beskalan merupakan satu tarian wajib yang diberikan pada kegiatan ekstrakulikuler seni tari pada satuan-satun pendidikan. Disamping itu tari Beskalan merupakan bagian dari kurikulum KTSP pada tingkat Sekolah Menengah Pertama pada mata pelajaran Seni dan Budaya.
Jadi terlepas dari itu semua alangkah baiknya apabila kita tetap melestarikan, menjaga dan mengembangkan tari Beskalan tanpa harus mengklaim siapa penciptanya, dan menonjolkan keakuannya. Tetapi marilah secara bersama-sama dan bersatu menjaga, melestarikan, dan mengembangkan tari Beskalan supaya tetap hidup di masyarakat Kota Malang. [Yongki Irawan]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar